Manusia tidaklah ada yang sempurna. Wajar saja jika setiap orang terkadang melakukan kesalahan meskipun tidak ingin dilakukan. Hal ini sama seperti kita dapat temukan dalam mempelajari sesuatu terutama ketika kita mempelajari suatu bahasa asing yang belum kita mengerti.
Orang pintar sekalipun belum tentu mudah mempelajari suatu bahasa karena saat ini, dunia akademis menawarkan segudang strategi pembelajaran.
Sebenarnya, kemampuan belajar bahasa yang paling dasar adalah soal kebiasaan yang dibentuk oleh sedikit disiplin dan kesadaran diri.
Ketika sering melakukan kesalahan, sadarkah ternyata sesuatu yang membuat kita mempelajari bahasa menjadi sulit adalah kebiasaan diri sendiri? Lalu, apakah kebiasaan tersebut ? Berikut 5 kebiasaan setiap orang yang membuat penghalang bagi kita yang mempelajari bahasa asing:
1. Minimnya rasa ingin tahu
Sikap bisa menjadi faktor penentu kemajuan kemampuan seseorang. Namun di sisi lain, seseorang yang sedang belajar bahasa akan lebih berhasil jika tertarik dengan budaya negara asal bahasa tersebut. Ketertarikan mereka yang belajar bahasa terhadap budaya membuat mereka lebih mudah memahami bahasa yang dipelajari dan lebih terbuka dalam membangun relasi dengan penduduknya.
2. Jarang mendengar
Belajar suatu bahasa justru dimulai dengan "silent period" atau diam. Sama seperti bayi yang belajar mengucapkan sesuatu dengan mendengar dan menirukan bunyi, orang-orang yang belajar bahasa juga perlu mendengar untuk belajar. Ini dapat membuat belajar perbendaharaan kata dan struktur berjalan lancar serta membantu untuk memperhatikan pola pembentukan bahasa.
Mendengar adalah kemampuan berkomunikasi yang kita gunakan hampir di seluruh kehidupan kita. Namun, ini sulit dilakukan kecuali kita tinggal di negara lain atau berada di kelas intensif bahasa asing selain bahasa ibu. Solusinya, pakailah musik, non-streaming webcast, acara televisi dan film. Dengar, dengar dan dengarkanlah sesering mungkin.
3. Mempelajari bahasa menggunakan satu metode saja
Beberapa orang yang belajar bahasa merasa nyaman dengan peralatan untuk mengulang-ulang mendengarkan kaset pembelajaran di laboratorium bahasa. Beberapa membutuhkan buku teks tata bahasa untuk memahami pelafalannya. Masing-masing pendekatan ini baik, namun salah jika hanya bersandar pada satu metode saja.
Orang-orang yang belajar bahasa menggunakan banyak cara untuk mempraktekkan keahlian bahasa dan mencoba menjelaskan konsep. Menemukan lebih banyak cara juga menolong mereka saat menemukan kebosanan dalam satu metode.
4. Berpikir terlalu kaku
Para ahli bahasa menemukan bahwa mereka yang belajar dengan toleransi yang rendah terhadap ambiguitas atau kerancuan akan lebih merasa sulit dalam belajar bahasa. Belajar bahasa mencakup banyak ketidakpastian. Mereka yang belajar akan menghadapi kosakata baru setiap hari dan untuk setiap aturan tata bahasa ada pengecualian dialek atau kata kerja tidak beraturan. Sampai kefasihan tercapai, akan selalu ada sejumlah kerancuan.
Para pembelajar yang langsung melihat kamus begitu menemukan kata baru akan merasa lebih stres dan bingung daripada mereka yang justru berpikir keras untuk menebak makna suatu kata baru yang ditemuinya. Oleh karena itu, tipe pembelajar "buru-buru lihat kamus" mudah merasa frustasi dan berhenti belajar.
Cara belajar seperti ini sangat sulit untuk diubah, namun latihan kecil bisa membantu. Temuan lirik lagu atau teks dan berlatihlah untuk menemukan makna inti darinya meski ada beberapa kata yang tidak ketahui.
5. Takut salah ucap
Tak peduli sebaik apa seseorang itu dapat menulis tulisan dalam bahasa asing, menggabungkan kata kerja atau menyelesaikan ujian kosakata, untuk belajar, berimprovisasi dan mengetes kemampuan, kita perlu berbicara.
Ini adalah tahap dimana bungkam, rasa malu dan rasa tidak nyaman akan menghancurkan kerja keras mereka dalam belajar bahasa. Dalam budaya timur dimana harga diri adalah nilai sosial yang tinggi, mudah untuk tidak mau mencoba bicara dalam bahasa asing yang sedang dipelajari. Mereka terlalu takut untuk salah dalam tata bahasa atau salah mengucapkan kata-kata karena merasa itu akan membuat sangat malu.
Kunci dari mempelajari bahasa adalah Jangan Takut Salah! sebab pengalaman ketika salah akan menjadi pelajaran bagi kita untuk tetap berusaha.Berbuat kesalahan justru membantu orang yang sedang belajar bahasa untuk menunjukkan keterbatasan kemampuan mereka dan belajar untuk dikoreksi sehingga akan lebih paham setelahnya. Semakin sering belajar melalui bicara, semakin cepat mereka bisa meningkatkan kemampuan bahasa asing mereka.
Orang pintar sekalipun belum tentu mudah mempelajari suatu bahasa karena saat ini, dunia akademis menawarkan segudang strategi pembelajaran.
Sebenarnya, kemampuan belajar bahasa yang paling dasar adalah soal kebiasaan yang dibentuk oleh sedikit disiplin dan kesadaran diri.
Ketika sering melakukan kesalahan, sadarkah ternyata sesuatu yang membuat kita mempelajari bahasa menjadi sulit adalah kebiasaan diri sendiri? Lalu, apakah kebiasaan tersebut ? Berikut 5 kebiasaan setiap orang yang membuat penghalang bagi kita yang mempelajari bahasa asing:
1. Minimnya rasa ingin tahu
Sikap bisa menjadi faktor penentu kemajuan kemampuan seseorang. Namun di sisi lain, seseorang yang sedang belajar bahasa akan lebih berhasil jika tertarik dengan budaya negara asal bahasa tersebut. Ketertarikan mereka yang belajar bahasa terhadap budaya membuat mereka lebih mudah memahami bahasa yang dipelajari dan lebih terbuka dalam membangun relasi dengan penduduknya.
2. Jarang mendengar
Belajar suatu bahasa justru dimulai dengan "silent period" atau diam. Sama seperti bayi yang belajar mengucapkan sesuatu dengan mendengar dan menirukan bunyi, orang-orang yang belajar bahasa juga perlu mendengar untuk belajar. Ini dapat membuat belajar perbendaharaan kata dan struktur berjalan lancar serta membantu untuk memperhatikan pola pembentukan bahasa.
Mendengar adalah kemampuan berkomunikasi yang kita gunakan hampir di seluruh kehidupan kita. Namun, ini sulit dilakukan kecuali kita tinggal di negara lain atau berada di kelas intensif bahasa asing selain bahasa ibu. Solusinya, pakailah musik, non-streaming webcast, acara televisi dan film. Dengar, dengar dan dengarkanlah sesering mungkin.
3. Mempelajari bahasa menggunakan satu metode saja
Beberapa orang yang belajar bahasa merasa nyaman dengan peralatan untuk mengulang-ulang mendengarkan kaset pembelajaran di laboratorium bahasa. Beberapa membutuhkan buku teks tata bahasa untuk memahami pelafalannya. Masing-masing pendekatan ini baik, namun salah jika hanya bersandar pada satu metode saja.
Orang-orang yang belajar bahasa menggunakan banyak cara untuk mempraktekkan keahlian bahasa dan mencoba menjelaskan konsep. Menemukan lebih banyak cara juga menolong mereka saat menemukan kebosanan dalam satu metode.
4. Berpikir terlalu kaku
Para ahli bahasa menemukan bahwa mereka yang belajar dengan toleransi yang rendah terhadap ambiguitas atau kerancuan akan lebih merasa sulit dalam belajar bahasa. Belajar bahasa mencakup banyak ketidakpastian. Mereka yang belajar akan menghadapi kosakata baru setiap hari dan untuk setiap aturan tata bahasa ada pengecualian dialek atau kata kerja tidak beraturan. Sampai kefasihan tercapai, akan selalu ada sejumlah kerancuan.
Para pembelajar yang langsung melihat kamus begitu menemukan kata baru akan merasa lebih stres dan bingung daripada mereka yang justru berpikir keras untuk menebak makna suatu kata baru yang ditemuinya. Oleh karena itu, tipe pembelajar "buru-buru lihat kamus" mudah merasa frustasi dan berhenti belajar.
Cara belajar seperti ini sangat sulit untuk diubah, namun latihan kecil bisa membantu. Temuan lirik lagu atau teks dan berlatihlah untuk menemukan makna inti darinya meski ada beberapa kata yang tidak ketahui.
5. Takut salah ucap
Tak peduli sebaik apa seseorang itu dapat menulis tulisan dalam bahasa asing, menggabungkan kata kerja atau menyelesaikan ujian kosakata, untuk belajar, berimprovisasi dan mengetes kemampuan, kita perlu berbicara.
Ini adalah tahap dimana bungkam, rasa malu dan rasa tidak nyaman akan menghancurkan kerja keras mereka dalam belajar bahasa. Dalam budaya timur dimana harga diri adalah nilai sosial yang tinggi, mudah untuk tidak mau mencoba bicara dalam bahasa asing yang sedang dipelajari. Mereka terlalu takut untuk salah dalam tata bahasa atau salah mengucapkan kata-kata karena merasa itu akan membuat sangat malu.
Kunci dari mempelajari bahasa adalah Jangan Takut Salah! sebab pengalaman ketika salah akan menjadi pelajaran bagi kita untuk tetap berusaha.Berbuat kesalahan justru membantu orang yang sedang belajar bahasa untuk menunjukkan keterbatasan kemampuan mereka dan belajar untuk dikoreksi sehingga akan lebih paham setelahnya. Semakin sering belajar melalui bicara, semakin cepat mereka bisa meningkatkan kemampuan bahasa asing mereka.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !